Saturday, October 11, 2008

Pasangan Terakhir dari Selembar Foto.

Seorang lagi kawan menikah. Ia seorang di antara puluhan pahlawan bagi perkawinanku, pasangannya juga. Aku dan kawan-kawan memanggilnya Kokot, diambil dari nama kecilnya, Dukot. Namun tulisan namanya CO2T. Mirip rumus senyawa kimia 'kan... Nama aslinya lebih gagah dan panjang, Dhanny Rahman Hakim Harahap.

Sore harinya aku ketemu dengan Arfi, adikku.
"Berapa kali ulang akad nikah si CO2T dek?" tanyaku.
"Sekali aja" jawabnya.

Aku bersyukur. Akad nikah penuh tekanan mental. Seluruh komitmen tertuang dalam ucapan yang harus satu nafas bergaung. CO2T sendiri pernah kebat-kebit mengungkapkan kekhawatirannya mengucap akad dalam satu nafas. Akhirnya kau sukses, Men...

Aku tak hadir pada upacara pernikahannya 9 Oktober 2008. Aku berpikir bahwa dia merasa ada yang hilang (koq Pe De kali aku). Yah... sebagai kawan Aku merasa ada yang kurang dalam hidup sebab tak mampu hadir dalam upacara penikahnnya. Makanya, saat resepsi pernikahan aku datang bersama istri. Tiga singgasana pelaminan berjajar, CO2T dan Rini berada di pelaminan tengah. Kebetulan, saat aku datang, busana Aceh sedang membalut tubuh sepasang mempelai. Aku menegur fotografer perkawinan mereka, Bang Ferry, aku pernah menjadi murid fotografinya dalam pelatihan yang dilaksanakan BUMIKU PROPERTI, lembaga setingkat UKM di Unsyiah.

Beberapa tamu berfoto ria dengan mempelai yang berwajah binar. Entah mengapa aku merasa terharu dan grogi saat melihat mereka berdua. Mereka menggenapi foto yang memuat 5 pasang anak manusia; Aku dengan Yasmin, istriku; Hospie dengan Via; Muslem (Almarhum) dengan Ninta; Pojant dengan Yuyu; dan terakhir CO2T dengan Rini. Sayang, nilai estetika foto itu sangat terganggu dengan kehadiran tiga makhluk aneh; Zulfan Amru, Munawar 'Ajes' dan Mustiqal Saputra. Makanya aku memberi judul "Lima Pasang Dewa-Dewi dan Tiga Ekor Monyet Jantan", untuk foto kenangan kami. Kalau nggak salah ingat foto itu dijepret oleh Raf Sanjani saat BEM Fakultas Hukum Unsyiah menggelar SaMPAH 2003.

Saat aku dan istri mendekati keduanya, sebuncah bahagia memenuhi rongga dada. Bang Ferry menjepret kami. Satu kenangan sudah terekam dalam selembar foto lagi.

Muslem telah berpulang, tak sempat menuntaskan kisah cintanya dengan Ninta. CO2T dan Rini sudah menggenapi beban pertanyaan yang sering hinggap di pikiranku dan kawan-kawan yang ada dalam lembaran kenangan "Siapa yang tidak jadi menikah di antara penghuni foto itu?". Pernikahan CO2T dengan Rini menjadi kemenangan bagi rajut cinta yang mereka rangkai berdua. Bagiku, perkawinan mereka menjadi kemenangan komitmen adegan mesra yang tersemat pada sebuah foto. Semoga kenangan dan kerinduan dapat mengobati kemarahan yang membuncah saat kalian berdua menempuh perjalanan menuju cinta.

Selamat berbahagia untuk sepasang kawan dan pahlawan perkawinanku. Kata telah berhambur tak terhitung, pernikahan kalian menjadi kebahagiaan tersendiri bagi aku dan keluarga. Selamat menempuh cinta dalam rentang tak terbilang.

3 comments:

Pemulung Makmur said...

Bukannya anti kritik, tapi tolong dibaca kembali tulisan aku. Jangan terprovokasi oleh 99310. Mentang2 blog leting sendiri, hehehehe....
Apakah aku anti kritik? dengan mengatakan aku tidak mengundang, itu respon aku terhadap kata-kata KECEWE nya. Jika memang ide aku salah, kasih argumen donk, jangan pagi-pagi udah KECEWA dengan ide orang..

hehehehehehehe,

Pemulung Makmur said...

Oy, 'aku minta izin' untuk ngelink blogmu bang..
hehe,

Yasmin Shabri said...

Tampilin lah fotonya,pasti mereka2 pengen liat...