Monday, February 12, 2018

Steem Witness

1 https://steemit.com/@jesta
2 https://steemit.com/@roelandp
3 https://steemit.com/@gtg
4 https://steemit.com/@timcliff
5 https://steemit.com/@good-karma
6 https://steemit.com/@blocktrades
7 https://steemit.com/@curie
8 https://steemit.com/@ausbitbank
9 https://steemit.com/@someguy123
10 https://steemit.com/@lukestokes.mhth
11 https://steemit.com/@aggroed
12 https://steemit.com/@pharesim
13 https://steemit.com/@clayop
14 https://steemit.com/@smooth.witness
15 https://steemit.com/@anyx
16 https://steemit.com/@xeldal
17 https://steemit.com/@thecryptodrive
18 https://steemit.com/@furion
19 https://steemit.com/@pfunk
20 https://steemit.com/@netuoso
21 https://steemit.com/@riverhead
22 https://steemit.com/@liondani
23 https://steemit.com/@wackou
24 https://steemit.com/@jerrybanfield
25 https://steemit.com/@busy.witness
26 https://steemit.com/@followbtcnews
27 https://steemit.com/@utopian-io
28 https://steemit.com/@bhuz
29 https://steemit.com/@cervantes
30 https://steemit.com/@teamsteem
31 https://steemit.com/@drakos
32 https://steemit.com/@klye
33 https://steemit.com/@abit
34 https://steemit.com/@aizensou
35 https://steemit.com/@yabapmatt
36 https://steemit.com/@charlieshrem
37 https://steemit.com/@ihashfury
38 https://steemit.com/@blockbrothers
39 https://steemit.com/@reggaemuffin
40 https://steemit.com/@steempty
41 https://steemit.com/@prc
42 https://steemit.com/@joseph
43 https://steemit.com/@delegate.lafona
44 https://steemit.com/@steemed
45 https://steemit.com/@rival
46 https://steemit.com/@fyrst-witness
47 https://steemit.com/@therealwolf
48 https://steemit.com/@theprophet0
49 https://steemit.com/@patrice
50 https://steemit.com/@nextgencrypto
51 https://steemit.com/@neoxian
52 https://steemit.com/@liberosist
53 https://steemit.com/@ats-witness 
54 https://steemit.com/@ocd-witness 
55 https://steemit.com/@themarkymark
56 https://steemit.com/@dragosroua
57 https://steemit.com/@steemychicken1
58 https://steemit.com/@boatymcboatface 
59 https://steemit.com/@arcange
60 https://steemit.com/@adsactly-witness 
61 https://steemit.com/@chitty
62 https://steemit.com/@steemgigs
63 https://steemit.com/@chainsquad.com 
64 https://steemit.com/@bitcoiner
65 https://steemit.com/@krnel
66 https://steemit.com/@privex
67 https://steemit.com/@au1nethyb1
68 https://steemit.com/@viva.witness 
69 https://steemit.com/@blueorgy
70 https://steemit.com/@blockchained
71 https://steemit.com/@asbear
72 https://steemit.com/@sircork
73 https://steemit.com/@felixxx
74 https://steemit.com/@kushed
75 https://steemit.com/@gmuxx
76 https://steemit.com/@b0y2k 
77 https://steemit.com/@sc-steemit 
78 https://steemit.com/@bue
79 https://steemit.com/@masteryoda
80 https://steemit.com/@jatinhota
81 https://steemit.com/@demotruk
82 https://steemit.com/@zappl
83 https://steemit.com/@suggeelson
84 https://steemit.com/@fubar-bdhr 
85 https://steemit.com/@libertyranger 
86 https://steemit.com/@yehey
87 https://steemit.com/@block-buster 
88 https://steemit.com/@swelker101
89 https://steemit.com/@anarcho-andrei 
90 https://steemit.com/@jacor-witness 
91 https://steemit.com/@bitrocker2020 
92 https://steemit.com/@imacryptorick
93 https://steemit.com/@ura-soul 
94 https://steemit.com/@silversteem
95 https://steemit.com/@firepower
96 https://steemit.com/@skenan
97 https://steemit.com/@steemitboard
98 https://steemit.com/@hagie
99 https://steemit.com/@samrg472
100 https://steemit.com/@helo
101 https://steemit.com/@guiltyparties
102 https://steemit.com/@stoodkev
103 https://steemit.com/@windforce
104 https://steemit.com/@jamzed
105 https://steemit.com/@cloh76.witness 
106 https://steemit.com/@moisesmcardona 
107 https://steemit.com/@mahdiyari
108 https://steemit.com/@pcste
109 https://steemit.com/@davinci.witness 
110 https://steemit.com/@cryptwo
111 https://steemit.com/@jrswab
112 https://steemit.com/@gridcoin.science 
113 https://steemit.com/@enginewitty
114 https://steemit.com/@isnochys
115 https://steemit.com/@castellano
116 https://steemit.com/@evildido
117 https://steemit.com/@dropahead
118 https://steemit.com/@glowhost-matt 
119 https://steemit.com/@steem-bounty 
120 https://steemit.com/@cryptohazard
121 https://steemit.com/@precise
122 https://steemit.com/@kennybll
123 https://steemit.com/@crt
124 https://steemit.com/@beerbot

Saturday, February 14, 2009

Berkas Lama

Belakangan ini aku sibuk mengumpulkan file lama yang tersebar di komputer kawan. Mulai n-Daru Studio, Bungker, komputer Peyek dan komputer beberapa kawan yang tak kuingat lagi, saking lamanya file-ku menyemaki kapasitas harddisk mereka. Sebagian malah sudah menjual komputernya. Gawat.
Membaca tulisan lama yang pernah kutulis seperti bercermin, aku bahkan lupa pernah menuliskan sebuah cerita, rangkaian kata hasil perenungan atau puisi. Eh... kadang malah terkagum sendiri (bukan narsis lah...). Kupikir kalau rangkaian kata yang pernah kutulis bisa membuat kagum diri sendiri, orang lain akan mudah mencerna. Mungkin itu sebabnya di hari pembalasan nanti (dengan segala versi penafsiran), mulut dikunci, kata tak ada arti.
Hufffh... menulis sesuatu ternyata menyenangkan. Merekam sejarah diri sendiri atau orang lain melalui perspektif subjektif yang akan menyusun objektifitas.
Persoalannya, aku sering menyepelekan hasil tulisan yang kerap berlabuh di bungkus rokok, atau robekan kertas yang kutemukan. Sebagian berhasil kukumpulkan, sebagian lain... hanya waktu yang dapat bersaksi.
Udah dulu... sampai jumpa lain waktu.


Tuesday, February 3, 2009

Rencana

Jika ada yang membedakan hidup orang timur dengan barat, kupikir rencana akan menempati posisi pertama pada daftar perbandingan. “So, what's the plan B?” Pertanyaan semacam ini sering muncul dalam alur film bikinan barat. Mereka bahkan sudah harus memiliki rencana cadangan saat menjalankan sesuatu. Bandingkan dengan; “Aku jadi bingung tak tau harus bagaimana…” Nah… yang ini khas adegan film Indonesia. Sebagai perbandingan kita tak harus menjebak diri dengan pertanyaan “Apakah barat itu?”. “Apakah timur itu?” Yah… kupikir barat dan timur yang kau pahami dalam konteks masyarakat saja, bukan penjuru mata angin.

Aku tak akan menempuh bahasan berdimensi luas. Kisahnya sederhana. Minggu, 1 Pebruari 2009, Tahun Kerbau dalam almanak Tiongkok, aku menjalin kisah dengan keluarga dan kawan. Masih terbilang pagi saat Arfi mengetuk pintu kamar dengan sebuah kabar; Aroel and The Gank mengajakku ke pantai naik delman istimewa di samping pak kusir yang giat bekerja supaya kuda baik jalannya. Ups… maksudku Aroel, Dedek dan Ceudah mengundang Aku, Istriku, Hanya dan Genggam menikmati tamasya pemandangan Lampuuk.

Aku sempat menghiraukannya begitu saja mengigat tak ada rencana. Waktu berbilang menit berlalu, dering HP-ku berisik bertalu. Qenyodt. Nama yang muncul di HP membuatku membayangkan Gank lain; Ajes, Jessi dan Mirah Jugi. Kuhimpit tombol penerima dengan jempol kanan.

“Wak, kau dimana?”

“Rumah”

Ada rencana kemana hari ini?” Ajes bertanya lagi.

“Blom ada”

“Gimana kalau kita bawa anak-anak jalan?”

“OK, ” jawabku, ”tapi kau kemari lah… biar Jugi bisa maen di halaman rumah ‘sama Anya dan Genggam” aku melempar tawaran.

“Itulah masalahnya, nggak ada yang pegangin Jugi di mobil” jawabnya.

“Lho… Jessi kemana?” tanyaku

Jakarta. Ya… udahlah, nanti kuhubungi lagi kalau ada solusi. Jugi nggak bisa berangin-angin, sedang kena cacar” pungkasnya

“OK. Kutunggu perkembangannya” kulemparkan HP ke sudut ranjang yang sama malasnya denganku.

Aku bangkit saat Istriku tersayang menyampaikan jumlah bumbu pecal yang masih tersisa di rumah harus segera diantar ke kedai langganan. Ia memaksaku bergegas karena Aroel and The Gank sedang dalam perjalanan. Setelah membasuh muka sekedarnya, dengan jumlah air yang juga sekedar aku mengengkol kreta, mengitari Lambhuk, Lampriek, Lamdingin, Kampung Keramat dan Prada. Satu jam berlalu saat semua barang beres kuedar plus Rp 80 ribuan di kantong.

Aku memutar stang kreta menuju rumah. Aroel and The Gank alah tibo. Segan menanyakan berapa lama mereka sudah bertambat di rumahku, aku bergegas mengganti baju dengan kaos yang lebih nyaman. Pilihanku tertambat pada baju merah bergambar mobil VW kodok dan Iblis Api dari Jepang (itu kata si Ajes, kalau ada yang mau ralat komplain aja ke dia) plus sandal jepit hitam-putih standar protokoler.

Kurcaci kecil sudah gelisah menanti hambus ke pantai. Malik, Hanya Genggam, dan Cedah sudah berpakaian semeriah mungkin.

Kami bergegas mempertimbangkan hari yang layu menua. Menurut taksiran di sela gerutuan Arfi kami akan tiba jam empat. Cukup lambat untuk standar waktu ke pantai yang biasa kupakai. Ombak punya pesona tersendiri untuk sejenak memancangkan penat pada deburnya. Di perjalanan kami mampir ke swalayan Fiki, Lamteumen. Dua orang ibu muda belanja-belanji, aku mengawal kurcaci sementara Aroel masuk sebentar mendampingi DW Mapala Hukum sambil menggendong Ceudah. Setelah membeli Jeruk Manis ia kembali ke mobil. Berselang sepuluh menit siaplah pernak-pernik terbeli. Kuaci, permen dan pemeriah kunyah lainnya.

Anak-anak menikmati pemandangan di kiri-kanan jalan, meski bukan pohon cemara seperti dalam lagu Naik ke Puncak Gunung yang mereka pandang, kegembiraan tetap terselenggara seadanya, tanpa rencana yang matang dan berbelit, tanpa struktur kepanitiaan. Kegembiraan hari minggu lebih mirip kejut listrik pada tubuh orang di ruang operasi. Menghentak dan membangkitkan.

Namanya juga tanpa rencana, penentuan lokasi juga tak luput. Sebagai dua orang yang paham fiil laku masing-masing, aku dan Aroel memilih Tebing Baret sebagai lokasi pilihan di antara 3 km bentangan pantai Lampuuk. Tak ada komplain dari para ibu yang seleranya 11-12 dengan para suami.

Kami memilih jalur masuk alternatif menghindari kemacetan. Sesudah memasuki jalur, HP-ku mengumandangkan panggilan. Akang.

”Qyu…!!!“ seruku

”Qyu…!!! Dimana Posisi…?” suara di seberang menuntut jawab.

“Aku dan Aroel bawa anak-anak ke Lampuuk” jawabku ringan.

“O… mak… tega kali kalian ke pantai nggak ajak-ajak aku” keluhnya.

“Kukira ko sedang punya agenda sendiri dengan nyonya. Nyusul aja wak, kami juga belum sampek” usulku.

“Iya… kami juga sedang dalam perjalanan kesana” jawabnya membuka dusta.

“Apa juga… lagak ko macam nggak punya inisiatif” hujatku.

“Ya udah lah, kita ketemu disana” ujarnya.

”Qyu…!!!“

Sebelum berangkat aku sempat menyarankan ke Arfi untuk menghubungi Ajes yang sedang dalam fase temporary widower atau duda ad interim mengingat Jessi sedang berada di Jakarta. Meski aku tau kalau dia tak bisa membawa Jugi berangin ria di pantai, paling tidak dia tau kalau ada konsentrasi massa progresif (Ciye i le…) di Lampuuk.

Gerbang tebing baret belum menyambut kami dengan aroma laut dan deburan ombak saat seluruh pandanganku tertuju pada sekumpulan orang di sebuah jambo. Karcis. Setelah tawar menawar harga pas, dari tangan sang penjaga pintu masuk karcis terlepas, Aroelpun menginjak gas. Kreta lalu-lalang searah dan berlawanan. Aroel memarkir mobil, aku dan ibu-ibu membongkar barang tanpa sedetikpun melepaskan pengawasan dari polah para kurcaci yang tak sabar menyerahkan diri pada pesona ombak penuh rindu.

Namanya juga tanpa rencana. Aku menggigil menahan tawa dalam perut. Bang Abenk pasti marah besar kalau sampai menyaksikan packing kami yang acak-acakan. Betapa memalukan melihat dua kepala keluarga anggota Mapala Hukum ke Lampuuk menenteng belanjaan. “Woy…!!! Carriage, dimanakah kalian berada….!!!” Aku merutuk malu. Namanya juga tanpa rencana. Aku merengkuh Genggam dengan tangan kiri membentuk kait. Menurut saja ia saat aku mengarahkan langkah menuju bibir pantai. Kami memilih tempat di tepi tebing, memasang tenda mainan dan menempatkan barang.

Bang Eka Tiga Warna mengejutkanku.

“Siapa suruh dirikan tenda disini…” aku menoleh, tawa kami bersambutan. Tangan berjabat, kabar bertukar, ketawa-ketiwi, lalu…

“OK, Yus… aku kesana dulu” ia menunjuk arah beberapa meter dari tempat kami berdiri. Kulihat seperangkat alat panjat sudah menggelayuti bidang tebing. Kaos bertulis Rambideunt bertebaran dipakai.

Aku kembali memusatkan perhatian pada keriangan kanak-kanak. Malik tak sabar menceburkan diri ke laut. Gelombang pantai tebing baret dan kedho’ifanku berenang memerintahkanku menolak pintanya. Beberapa meter dari bibir pantai kulihat sebuah kubangan besar yang lebih aman. Aku menemaninya kesana.

“Yong… panggilin si Anya suruh kesini” teriaknya.

“Bentar” aku menjepret beberapa frame dari kamera yang kupinjam dari Joe.

Tak lama ia bosan mandi sendiri. Kuajak ia kembali ke markas pusat. Ibu-ibu sedang makan. Akang dan Nyonya baru tiba. Kabau, Badak, Jani, Bobby, Simba, Arfi sedang berkerumun.

Setelah tuntas makan, ibu dan anak menuju kubangan dangkal untuk memuaskan naluri berbasah-basah para kurcaci.

Kebahagiaan terselenggara tanpa rencana detail pada hari pertama Pebruari 2009, tanpa rencana A apalagi B. Kejutan listrik di ruang operasi pembuluh jantung, menghentak dan membawa kehidupan yang terbunuh rutinitas. Rencana membangun suasana yang lebih bernas, namun menutup peluang penyegaran saraf dari unsur debar. Ombak tetap menghempas, tanpa rencana dan duga.


Lambhuk, Dini Hari 3 Pebruari 2009

Monday, December 22, 2008

R

"R" berarti masalah meski "masalah" tak memiliki "R". BRR, DRR, DDR, REDD, Novel tanpa huruf "R". Tak harus menyingkirkan "R" dari deret alphabet karena harus akan menjadi haus, baru akan manjadi bau, rambu akan menjadi ambu, jangkar akan menjelma jangka, gentar akan jadi genta. Adakah yang salah dengan "R" sebab membunyikannya harus dengan geletar pada ujung lidah yang beradu dengan langit mulut. Pernahkah ada yang mengukur gegar yang lahir dari pengucapan "R" dengan skala Richter? Mengapa "R" pada lidah orang Balkan lebih tebal di banding belahan dunia lain?

Tuesday, November 4, 2008

Serius-Main-Serius

Kebingungan memang membingungkan, meski tak mungkin kebingungan mengalami kebingungan. Seperti kesedihan yang tak mungkin bersedih. Sama halnya dengan api yang tak mungkin kepanasan. Serupa saja dengan pikiran yang tak mungkin berpikir. Pengalaman yang tak mungkin mengalami. Kesepian yang tak mampu merasakan sepi. Jiwa yang bukan kehidupan tetapi menghidupi. Permainan yang tak bisa bermain.

Ah... anggaplah ini kemabukan filosofis, tak ada kata terlambat untuknya. Sejilid buku pernah bercerita pada semester satu, di jajaran buku berdebu FH-USK tercinta;

seriuslah dalam bermain
tapi jangan pernah serius dalam permainan
jangan bermain dalam permainan

nggak nyambung ya... udah. Toh... aku hanya sedang bingung kenapa kebingungan tak mampu berbingung diri. Serius dalam bermain berarti bersikap seadanya, menganggap permainan sebagai permainan semata, untuk membunuh waktu atau menumbuhkan suka. Serius dalam permainan akan menghidupkan waktu, membunuh suka dan menimbulkan permusuhan. Bermain dalam permainan berarti tidak serius bermain yang juga sakti menumbuhkan permusuhan.

Segala objek pada paragraf pertama hanyalah proses. Proses yang tak mampu berbuat tanpa dayamanusia. Daya tak kan mampu bergerak tanpa menjalani dan memahami proses.

Jangan serius 'kali lah, aku 'kan cuma serius bermain.

Thursday, October 23, 2008

Merokok Sehat ala Matematik

Sebatang Rokok mengurangi umur sang penghisap sejumlah 1,5 menit, tertawa menambah umur 3 menit. Kau hanya butuh satu tawa untuk memperpanjang defisit umur karena merokok.
Mari berhitung:
Jika Pengurangan Umur karena merokok = x (menit)
Penambahan Umur karena tertawa = y (menit)
Dan Pendapatan Umur = z (menit)
Maka y-x = z (menit)
Dengan demikian 3 -1,5 = 1,5 (menit)

"Hidop Rokok...!!!"